No Need to Say Goodbye
Oleh : Ulfa
Tapani
Aku
masih bergetar. Berusaha dengan sepenuh tenaga menggenggam handphone-ku.
Mendengar alunan merdu, suara khas seseorang yang pernah mengisi hari-hariku
dengan senyuman. Hari-hariku dalam balutan seragam, di antara bangku-bangku
cokelat, di lingkungan putih-abu. Dan ia duduk di sampingku, siap menghiburku
jika wajahku murung, siap menjailiku saat suasana membosankan, siap meminjamkan
bahunya saat aku menangis. Tubuhku semakin bergetar. Bergetar. Hingga aku tak
bisa menahan berat tubuhku. Hingga aku lemas. Hingga aku terjatuh. Hingga
airmataku tak sanggup kubendung. Blue…..
***
Sial! Mengapa di saat-saat genting
seperti ini tidak ada satu nomor penting pun yang aktif? Kemana mereka? Sampai
berani mematikan handphone, lupa menghubungi orang-orang penting. Sampai aku
sendiri baru diberi berita. Ah, sudahlah, tidak ada gunanya aku terus mengutuk!
Yang terpenting saat ini adalah, aku harus segera sampai. Harus.
Kriiiiing
“Assalamualaikum,
hallo.. hallo?????”
“Hal… Halo.. Ris..ni…dah…sampe?”
“Hallo?? Wi?? Sinyalnya jelek, bisa
bicara lebih keras lagi?? Hallo????”
Tut..tut..tut…
Hhhhhhh… Aku menghela nafas panjang.
Selalu saja. Semua ini membuat jantungku semakin tidak teratur detaknya. Aku
menyandarkan kepalaku ke jok bus yang melaju dengan kencang. Menatap keluar
jendela, menatap panorama yang bergerak sejalan dengan laju bus, bergerak
cepat, sangat cepat hingga berlalu, hanya tinggal jejak. Jejak. Ya, aku ingin
menelusuri jejakku bersamanya. Dulu…
***
“Yilooooooooooooooo..!! tebak aku
punya kejutan apa?”
“Apa? Eh.. tunggu tunggu.. kayaknya
aku tahu deh..itu kan….?” Aku menyambutnya yang baru sampai ke ruang kelas
sudah teriak-teriak dengan sumringah.
“Aaaaaaaa….. im so happy……yilooo……”
Dia memelukku erat
“Ada apa sihh???? Ayo ceritain….”
“Nih, coba kamu baca deh” Dia
menyerahkan handphone-nya menyuruhku membaca chattingan-nya
dengan seseorang. Aku tersenyum lebar. Ini selalu menjadi topik yang menarik.
“Aku yakin dia juga suka sama kamu”
“Duuuhhh jangan bikin aku ge-er
dong… nanti kalo aku kege-eran, terus berharap setinggi langit. Jatuhnya
bakalan sakit banget”
Aku tertawa melihatnya bercerita
dengan sangat ekspresif. Sejurus kemudian teman sekelas ribut masuk ruangan
karena guru matematika sudah datang. Obrolan kami pun tertunda.
“Yilo, kamu udah kerjain PR-kah?”
“Belum”
“Ah benar dugaanku”
“Hahahaha”
***
Ketahuilah. Jika kamu ingin mencari
seorang teman, kamu akan menemukannya dengan mudah walau hanya dengan
mengedipkan matamu. Namun, jika kamu ingin mencari seorang sahabat, itu tidak
semudah mengedipkan mata, bahkan jika hanya berusaha menganggap seseorang itu
sahabat, berharap ia benar-benar sahabatmu, itu akan sangat sulit apalagi
ketika kamu dikecewakan. See? It’s not as easy as you thought.
Entah mengapa aku merasa Tuhan
sangat baik, karena ia telah menganugerahkanku seorang sahabat yang entah mengapa
aku merasa dia sangat berharga. Mungkin orang bisa anggap ini biasa saja, namun
aku merasa kisah ini luar biasa, hingga aku tak bisa menggambarkannya. Karena
kisah kami terlalu indah. Terlalu indah hingga tak bisa kulukiskan.
Aku menatap langit yang sangat biru
hari ini, indah sekali dengan dihiasi mentari yang bersinar kuning. Hmm.. semua
ini mengingatkanku padanya. Aku kembali menatap handphone-ku, melihat
pesan-pesanku yang tak kunjung dibalas. Aku menghela nafas. Membuka video
singkat, buatannya. Seketika memoriku kembali berputar.
***
Pagi ini, entah mengapa aku mencium
bau kejahilan dari wajahnya. Saat dia baru datang saja, dia sudah senyum-senyum
tidak jelas, tapi aku tahu itu bukan senyuman kasmarannya. Dia terus menahan
tawanya saat menuju ke bangku. Dan aku siap menimpuknya dengan buku kalau-kalau
jailnya kambuh.
“Cepat katakan”
“Apa? Diih… emang aku mau bicara
apa? Haha”
“Ayolah Blue.. kenapa sih??”
“Mmmm.. hahahahahahaha” tawanya
meledak. Gawat! Posisiku tidak aman.
“Blue.. kenapa sih??? Ohhhhhh…
jangan bilang kamu….. buku coklatku… buku coklatku beneran terbawa olehmu????”
“Menurutmu aku bakalan jawab apa??
Hihi….”
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah….
Blue!!!!!!!!!!!!!!!!” aku segera memulai serangan timpukanku.
“Hahahahahahahaha.. aduduh,, ampun
ampuuuunnn. Lagian kamu mau mukul sekeras apa juga percuma,, aku udah tahu koq!
Udah baca semua isinya..wlee!”
“Blue….. ihhhh nyebelin
beneran..!!!”
“Lagian kenapa sih yilo…? Dengar
ya,, urusan perasaan itu, apalagi perasaan mengenai asmara itu udah biasa kali
dialami sama kita, salah sendiri susah curhat, jadinya kan aku nekat, ahaha
tapi beneran aku gak sengaja bawa buku itu, tahu-tahu udah ada di kamarku..”
“Ah,, gatau lah, bete!!!”
“Emm,, masa sih.. kalo cemberut gitu
nanti Mr.FAD-nya gak suka lho…”
“Blue…stop it!!!!”
“Haha,, iya iya ngga koq.. tapi kalo
Mr. SA gimana?
Aku segera mengambil kamus tebalku
sebagai senjata pamungkas.
***
Suasana bus mulai panik. Tiba-tiba
bus berjalan tersendat-sendat hingga akhirnya berhenti di tengah jalan. Aku
menoleh ke sekitarku. Anak kecil di sebelah tempat dudukku tak henti menangis.
Ada apa ini? Semua penumpang keluar dari bus, termasuk aku. Ternyata busnya
mogok. Please, masalah apa lagi ini? Aku menoleh panik. Mencoba
menghubungi Laila, sahabatku.
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam, La kamu
dimana sekarang?”
Tak ada jawaban.
“La… please, jawab..”
“Risa….”
Aku tidak perlu bertanya lagi. Aku
langsung membawa barang-barangku, dan bergegas mencari taksi. Perjalanan yang
biasanya aku nikmati ini terasa begitu panjang dan lama. Atau karena hatiku
yang tidak bisa teratur ini? Apa karena pikiranku yang semakin kacau? Ah,
apapun itu. Aku harus segera sampai!!
***
“Yilo,, kita beneran gak sih besok
UN? Aku masih gak sadar..”
“Lebay deh, yaiyalah, kamu gak mau
buru-buru pisah kan sama aku?? Haha”
“Idiiiihhh… enak aja.. kamu bener
yilo.. “
Aku terdiam. Oke, ini obrolan
serius.
“Ini terakhir kali aku duduk di
samping kamu ya?”
“Blue please jangan bicarain
itu..”
“Eh, nanti pas graduasi aku minta
sesuatu boleh??”
“Apa?”
“Mm.. aku pengen kamu nyanyi buat
aku..”
“Apa?? Ngga ah..”
“Ih.. bukan di panggung,, direkam
aja..”
“Duh, aku gak pede blue.. kalau
nyanyinya duet kayak biasa baru aku mau”
“Ah kamu gitu…”
“Mmm.. iya deh aku coba…”
***
It started out
as a feeling
which then grew into a hope
which then turned into a quiet thought
which then turned into a quiet word
and then that word grew louder and louder..
‘Til it was a battle cry..
which then grew into a hope
which then turned into a quiet thought
which then turned into a quiet word
and then that word grew louder and louder..
‘Til it was a battle cry..
Aku
berhenti di depan sebuah rumah minimalis yang tidak berubah dari semenjak aku
pertama kali menginjakkan kaki di sini. Aku melihat banyak sandal di depan
rumahnya. Kakiku tidak cukup kuat untuk melangkah. Mulutku tidak cukup tangguh
untuk mengucapkan salam. Tubuhku tiba-tiba saja bergetar. Aku tidak bisa
mengatur detak jantungku. Aku memeluk erat kado yang kubawa. Bibirku bergetar,
aku menggigit bibirku untuk menahan air yang akan tumpah dari mataku. Tapi aku
gagal. Aku tak bisa menahannya.
I’ll come back..
when you call me..
no need to say goodbye..
no need to say goodbye..
Aku
menguatkan hati, melangkah masuk. Segera aku cium aroma haru-biru. Banyak orang
di dalam. Tak satupun aku lihat seulas senyum dari mereka. Semua berkumpul di
sini. Biasanya sulit sekali ingin berkumpul seperti ini. Namun, kali ini, tak
satupun yang absen. Mereka menyambutku dengan tatapan duka.
“Ass..Assalam..Assalamualaikum..”
“Waalaikumsalam..”
Dewi yang menjawab salamku dan menyambutku serta langsung memelukku erat.
“Wi…
jangan begini,, aku mohon…..” airmataku tumpah di bahunya
“Ris..
Risa…… Fani Ris…. Fani…..” Dewi tidak bisa mengendalikan dirinya. Apalagi aku.
“Dimana
Wi.. Dimana Fani??”
“Ada
baiknya kau hapus dulu airmatamu itu Ris.. dia tidak boleh tahu kalau kita
sangat sakit hati dengan ini semua, tolong hibur dia.. dia terus menyebut
namamu…”
“Wi…
aku benar-benar tidak kuat Wi..” Dewi menepuk punggungku dengan lembut.
***
Just because
everything’s changing
Doesn’t mean it’s never been this way before
all you can do is try to know who your friends are
as you head off to the war
pick a star on the dark horizon and follow the light
you’ll come back,, when it’s over
no need to say goodbye….
Doesn’t mean it’s never been this way before
all you can do is try to know who your friends are
as you head off to the war
pick a star on the dark horizon and follow the light
you’ll come back,, when it’s over
no need to say goodbye….
Aku membuka pintu kamarnya. Ya
Alloh, kuatkan aku. Aku sama sekali tak melihat kelabu di matanya. Ia tersenyum
melihatku. Tersenyum lebar. Aku melangkah mendekatinya. Duduk di samping
ranjangnya. Aku tidak sanggup menatap wajahya yang pucat pasi. Aku menunduk.
“Y..Yi..Yilo….” ia berusaha memanggil
dengan nada khasnya
Aku masih tidak berani mengangkat
kepalaku. Aku tidak bisa menahan airmataku. Tanganku bergetar. Aku tidak
sanggup menatap tubuhnya yang kurus kering, tulang pipinya yang nampak
terbentuk jelas. Aku tidak sanggup.
“Yiloo…”
Aku memeluknya. Aku memeluknya yang
sedang terbaring lemah. aku tidak bisa menahan isak tangisku. Aku memberanikan
menatap matanya. Mata itu berbinar. Sama sekali tak berair. Blue.. apa kau
sudah kehilangan air matamu? Aku menangis sejadi-jadinya. Bagaimana aku harus
menceritakannya? Sahabat yang senantiasa melukis keceriaan dalam hidupku,
sahabat yang senantiasa menghiburku, sahabat yang membuatku belajar berbagi,
kini terbaring lemah termakan penyakit. Lemah. tapi ia tetap cantik di mataku.
“Yilo.. kamu kenapa sih?”
“Blue…. Ma, maaf.. maafkan aku
blue…”
“Maaf untuk apa? Ngaco deh..”
“Blue.. berhentilah berpura-pura
kuat!!”
Ia berhenti mengelak. Kelabu mulai
terlukis di wajahnya. Di depanku, ia tidak akan pernah bisa berpura-pura. Ia
mencoba tertawa. Ia mencoba tertawa di antara aliran airmatanya.
“Yilo.. aku bahkan belum melihat
keponakan-keponakanku.. bahkan aku belum melihat pangeranmu.. Tuhan sudah
membuatku lemah, Tuhan sudah merindukanku Yilo..”
“Please jangan katakan itu
Blue.. kita masih bisa bercanda bersama kan?? Bahkan aku belum bercerita
tentang suasana kampusku, pengalamanku di kampus, di kota peratauanku, masih
banyak yang ingin aku ceritakan Blue..”
“Ceritakanlah.. Ada atau tidak ada,
aku akan tetap mendengarkanmu. Di sampingmu atau tidak di sampingmu, aku akan
setia menunggu ceritamu selesai.. simpan kata-kataku itu baik-baik Yilo..
berjanjilah….”
“Blue…”
Aku menyerahkan kado berwarna biru
dengan pita kuning. Aku membukanya. Tadinya aku ingin memberikan ini pada saat
ulangtahunnya, tapi aku akan memberikannya sekarang. Sengaja aku cetak semua
foto semasa SMA dengan berbagai ceritanya di album hadiahku ini.
“Cantiknya.. untukku?”
Aku mengangguk.
“Hey, ini foto kita?”
Aku tersenyum. Satu per satu aku
ceritakan foto-foto itu. Aku mulai bisa menghapus sedikit demi sedikit
airmataku dan mulai menggantikannya dengan senyuman. Aku bahagia, karena dia
terlihat bahagia saat ini. Bahkan ia mampu tertawa sekarang. Dia sangat cantik
dengan jilbab birunya. Tiba-tiba, ia terbatuk. Dan.. aku melihat darah.
“Blue!” Dia menggenggam tanganku,
mencegahku memberitahu orang-orang
“Tidak,”
“Tidak apanya?? Jangan keras kepala
Blue aku mohon!! Semuanya yang di luar.. toloooong…”
Blue memelukku. Memelukku erat. Kali
ini ia tidak bisa menahan airmatanya.
“Yilo, seperti inikah rasanya sakit?
Sesakit inikah penderitaan orang-orang yag senasib denganku? Yilo.. selama ini
kau ajarkan aku tentang kesabaran, ketaqwaan, tolong kuatkan aku Yilo, tolong
kembalilah ajarkan aku untuk sabar dan kuat Yilo.. aku benar-benar tidak
sanggup..”
“Blue…. Kau harus yakin, Allah
bersamamu.. semua sakit yang kaurasakan ini menjadi penggugur dosa-dosamu. Kau
harus kuat Blue… Blue.. aku sendiri harus mencoba tegar dalam pelukanmu,,
padahal aku benar-benar tidak bisa menahan kesedihanku Blue..”
“Yilo.. tolong nyanyikan lagu itu…”
Aku menatap langit-langit kamar.
Memperkuat suaraku. Membelai kepalanya yang dalam pelukanku. Dan mulai
melantunkan lagu kesukaannya, hadiah yang aku berikan sebagai pengabul
pintanya..
Now we’re back
to beginning
it’s just a feeling and no one knows yet
but just because they can’t feel it too
Doesn’t mean that you have to forget
let yor memories grow stronger and stronger
‘til they are before your eyes
it’s just a feeling and no one knows yet
but just because they can’t feel it too
Doesn’t mean that you have to forget
let yor memories grow stronger and stronger
‘til they are before your eyes
Tubuhnya yang semula di pelukanku
segera dirangkul oleh seorang perawat. Aku terpaku. Aku melihatnya dibawa
memakai kursi roda. Semua orang panik, Darah mengalir dari mulutnya. Aku
terhenyak. Dengan sisa darah yang menempel di lengan bajuku. Aku merasakan
langit yang semula biru berubah menjadi kelabu. Tak ada lagi sinar kuning dari
sang surya. Aku terjatuh dan berlutut. Aku tidak mengerti dengan apa yang
terjadi. Blue, mengapa kau tertidur? Aku belum selesai bernyanyi..
You’ll come
back..when they call you
no need to say goodbye..
you’ll come back.. when they call you
no need to say goodbye…….
no need to say goodbye..
you’ll come back.. when they call you
no need to say goodbye…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar